Tren jajanan lokal bernama batagor bermula dari Bandung, Jawa Barat.
Sebenarnya, nama batagor ini merupakan akronim dari kata bakso tahu
goreng. Wujud batagor memang tahu berbalut tepung lalu digoreng. Dari
jajanan pinggir jalan, pamor batagor naik kelas. Jajanan ini tak lagi
hanya ada di Kota Kembang melainkan melebar hingga luar kota. Batagor
juga sudah ngetren di Malang, Jawa Timur. Ridwan Abadi adalah salah
satu pelaku usaha kuliner yang menjual panganan ini. Bisnisnya berawal
sejak tahun 2008, ketika ia mendirikan sebuah restoran bernama Dapur
Unik. Restoran ini menjual aneka makanan dari berbagai daerah, termasuk
batagor. Dari Dapur Unik, bisnis Ridwan justru bergulir menjadi bisnis batagor yang dijual di atas gerobak dan booth. Namanya Batagor Jepang Takashi Mura (BJTM). "Soalnya batagor saya banyak peminat dan menjadi menu favorit," imbuh dia. Bukan
tanpa alasan Ridwan mengusung nama BJTM. Panganan buatannya berbeda
dengan batagor yang banyak di pasaran. Demi menghadirkan citarasa
Jepang, dia menyuguhkan bakso dengan rasa ikan dan udang serta tahu
katsu. Selain bakso dan udang, ada delapan jenis makanan lagi yang dia
suguhkan. Untuk sausnya, dia menyajikan pilihan lain di luar saus
kacang, yakni saus teriyaki dan saus mayones. Harganya Rp 800 hingga Rp 2.000 per item makanan. Pembeli bisa memadupadankan seporsi batagor dengan jenis makanan lain. Saat
ini, Ridwan mempunyai tiga gerai di Malang. Setiap gerainya bisa
menjual 600-1.000 item makanan sehari, dengan omzet Rp 18 juta per bulan
per gerai. Dia optimistis dengan bisnis ini karena rutin
mengeluarkan menu-menu baru setiap dua bulan sekali. "Supaya saya selalu
di depan," imbuhnya. Royalty setelah BEP Berharap
usahanya kian maju, Ridwan menawarkan konsep kemitraan sejak Februari
tahun ini. Dia telah menggandeng 17 mitra, yang tersebar di Surabaya,
Semarang, Salatiga, Ambarawa, Kudus, Demak, Tangerang, dan Depok Ada
tiga paket kemitraan BJTM, yakni Paket Gerobak dengan investasi awal Rp
25 juta, Paket Booth Rp 35 juta, dan Paket Indoor Rp 50 juta. Nilai
tersebut sudah termasuk biaya jalinan kerjasama selama tiga tahun Rp 10
juta. Setelah tiga tahun, mitra bisa melanjutkan kerjasama dengan
membayar Rp 10 juta. Selama kerjasama, mitra harus membeli bahan
baku dari pusat, seperti beragam makanan dan saus BJTM. Omzet Ridwan
dari penjualan bahan baku ke mitra Rp 60 jutaRp 90 juta per bulan. Syarat
lainnya mengenai pungutan royalti. Ridwan bakal mengutip royalti
sebesar 2,5 persen dari omzet per bulan para mitranya. "Tapi pemungutan
royalti setelah mitra balik modal," katanya. Salah seorang mitra
BJTM, Tri Purwanto, mengaku respon pasar atas gerai yang dibuka belum
genap sebulan tersebut cukup bagus. Dia membuka gerai di Ngaliyan,
Semarang, Jawa Tengah. Tiap hari, dia menjua150 porsi batagor dengan
kisaran harga Rp 8.000 per porsi. Artinya, omzet yang diraup Tri
mencapai Rp 400.000 sehari. "Saya ambil untung 30 persen," katanya. Jika
respon pasar stabil, Tri memprediksi usahanya bakal balik modal dalam
10 bulan. Karena optimisme itu, dia sudah mulai melirik area lain untuk
mendirikan gerai BJTM. Tri bakal membuka BJTM di sentra jajanan Telogo
Sari dan Tembalang. (Kontan/Anastasia Lilin Yuliantina, Raymond Reynaldi)
|