KOMPAS/RIZA FATHONI
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berjalan didampingi Wakil
Presiden Boediono (kiri) dan Kepala Polri Jenderal (Pol) Bambang
Hendarso Danuri (kanan) seusai berbuka puasa di Markas Besar Polri,
Jakarta, Kamis (2/9).
JAKARTA, KOMPAS.com
— Terputusnya sambungan telekonferensi Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dengan Kapolda Jawa Tengah Irjen Edward Aritonang, Jumat
(17/9/2010) siang tadi, mengenai mudik Lebaran diduga karena ada unsur
sabotase. Aparat berwenang diminta mengusut tuntas insiden itu.
Itu patut dicurigai ada unsur sabotase. Ini Presiden lho yang ngadakan teleconference. -- Arief Puyuono
Demikian dikemukakan Ketua Federasi Serikat Pekerja (FSP) BUMN Bersatu Arief Puyuono ketika dikonfirmasi Tribunnews.com dari Jakarta, Jumat (17/9/2010).
"Itu patut dicurigai ada unsur sabotase. Ini Presiden lho yang ngadakan teleconference. Kalau di AS ada kejadian seperti ini pasti akan diusut tuntas penyebabnya," kata Arief.
Sebelumnya
diberitakan, insiden terputusnya telekonferensi terjadi ketika
Presiden berbicara dengan Kapolda Jawa Tengah Irjen Edward Aritonang
siang tadi mengenai mudik Lebaran. Namun, di tengah perbincangan,
mendadak jaringan yang menggunakan Telkomsel putus serta gambar yang
menayangkan wajah Kapolda stagnan alias tidak bergerak.
Presiden
lalu mempertanyakan keberadaan Dirut Telkom Rinaldi Firmansyah dan
Direktur Utama Telkomsel Sarwoto Atmosutarno yang tidak hadir kala itu.
Langsung saja, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Mustafa
Abubakar meminta penjelasan PT Telkom dan anak usahanya PT Telkomsel
menyusul insiden itu.
Menurut Arief, ada keanehan dalam insiden
itu. Pasalnya, acara itu yang dia dengar sudah dipersiapkan lama dan
matang, tetapi di tengah acara terjadi insiden. "Bisa saja dilakukan
oleh oknum yang tidak suka dengan Presiden," kata Arief.
Dia
mengatakan, harus ada pihak yang bertanggung jawab dalam insiden ini
karena dikategorikan sebagai kesalahan besar, apalagi menimpa seorang
Presiden.
"Dan sebuah kecerobohan sehingga tidak bisa ditolerir.
Sebagai perusahaan besar, Telkom tidak layak seperti itu. Ini
menunjukkan Telkom kurang profesional," kata Arief.